Minggu, 22 Juni 2014

Sekilas Dinamika Industri Batik di Papringan

Riwayat singkat tentang perkembangan batik di Papringan (kami belum menyebutnya sebagai sejarah karena belum cukup data) adalah bermula dari sekian lama sejak jaman kerajaan di jawa, masa penjajahan, hingga kemerdekaan, masyarakat Desa Papringan Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas, sebagian besar kaum perempuannya memiliki kegiatan membatik untuk mengisi waktu luangnya dalam menjalankan perannya mengurus rumahtangga dan membantu suami bertani. selain mengisi waktu luang, kegiatan membatik juga sedikit banyak membbantu pendapatan keluarga.
Berpuluh tahun lalu, hingga sekarang para pembatik Papringan hanya berperan sebagai pengobeng (buruh batik) dari para pengusaha batik dari Sokaraja dan berbagai daerah lain. Mereka memola mori, atau mengisi mori yang telah dibatik sebelimnya (selengkapnya bisa dibaca pada proses membatik). mereka menerima upah perlembar kain yang mereka batik. Jerih payah mereka dihargai hanya sampai pada selesainya kain dibatik. tanpa ada penghargaan terhadap karya seni, ataupun harga jual kain batik itu nantinya.
Pada 2010, Desa Papringan menerima salah satu program dari PNPM Mandiri yaitu PLPBK (Penataan Lingkungan dan Pemukiman Berbasis Kelompok) yang salah satu posnya adalah pengembangan batik. Fokus dari pengembangan batik ini adalah untuk menjadikan Papringan sebagai sentra industri batik, meningkatkan kemandirian para pembatik agar mampu berproduksi sampai tuntas menghasilkan kain batik, tidak lagi sebagai buruh batik bagi daerah lain. Dibentuklah sebuah Kelompok Perajin Batik Pringmas yang menghimpun seluruh pembatik yang ada di Desa Papringan.
Berbagai upaya kemitraan telah digalang oleh BKM Pringmas sebagai pelaksana PNPM mandiri untuk menjalin kerjasama mendukung pengembangan batik di Papringan. Meskipun sebelumnya juga telah ada peranserta dari dinas pemerintah, dalam hal ini Disperindagkob Kabupaten Banyumas yang beberapa kali telah memberikan pelatihan dan bantuan peralatan membatik. Tetapi upayalain terus dilakukan guna merealisasikan terwujudnya sentra industri batik yang benar-benar mandiri dan berkelanjutan. Hingga pada akhirnya salahsatu proposal dilirik oleh Bank Indonesia perwakilan Purwokerto.
Pada 2013, Bank Indonesia merangkul Batik Pringmas untuk lebih kuat lagi dan profesionan dengan mengadakan serangkaian kegiatan bertemakan Penguatan dan Pelatihan UMKM Kelompok Batik Pring Mas. Perajin batik sejumlah 30 orang yang merupakan perwakilan dari masing-masing RW di Desa Papringan s.elama Juni 2013 mengikuti kegiatan tersebut. Kami dilatih dari mulai manajemen organisasi, kewirausahaan, administrasi keuangan, design motif, proses produksi, pewarnaan, sampai dengan pemasaran. Narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut diantaranya dari UNSOED Purwokerto, Pengusaha batik sekaligus guru batik dari Sokaraja, Heru S., pengusaha batik Maos, Tonik S., pengusaha batik dari Purbalingga, Yoga P. Semua sangat membantu kami dalam pengembangan pengetahuan secara ilmu maupun praktek tentang proses membuat kain batik ecara keseluruhan.
Bank Indonesia membekali kami tidak langsung berupa modal dana, tetapi pengetahuan dan keterampilan produksi batik serta peralatan produksi dan bahan baku. Mulai dari bak stainless pencelupan, bokor, ember, timbangan digital, sampai dengan sarung tangan. Juga obat-obat pewarna batik selengkapnya. Masing-masing peserta pelatihan dibekali 2 lembar mori untuk didesain, dipola, untuk kemudian dicelup sebagai sarana praktek produksi.
Pada puncak acara perayaan HUT ke-60 Bank Indonesia yang dirayakan di RRI Purwokerto, Sabtu, 29 Juni 2013, 60 lembar kain batik produksi perdana kami diikutsertakan untuk diperkenalkan. Beberapa diantaranya dilelang kepada hadirin. Dari acara ini Batik Pringmas mulai dikenal masyarakat luas. Dari hasil penjualan dan lelang batik di acara inilah, menjadi modal awal kami merintis usaha dalam satu kelompok perajin batik. Kami belanjakan dana tersebut untuk membeli mori dan malam dan diproduksi lagi menjadi kain batik. Begitu seterusnya.
Pada awal perjalanan usaha kami baru sebatas penyebaran informasi dari mulut ke mulut, dari kenalan ke rekan-rekan. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan, terutama awalnya dari lingkungan perbankan. Banyak tamu rekanan yang dibawa oleh pihak Bank Indonesia perwakilan Purwokerto serta liputan dari beberapa media cetak lokal maupun elektronik makin mengenalkan Batik Pringmas kepada masyarakat.
Pada 29 Agustus 2013 kami melakukan study banding ke dua tempat yang merupakan perusahaan batik yang telah terkenal luas baik di dalam maupun luar negeri. Obyek pertama adalah Batik “H” atau yang lebih dikenal sebagai Batik Mruyung Banyumas. Terletak satu kecamatan dengan kami, dan sudah berdiri selama puluhan taun. Beberapa pembatik di Papringan pun ada yang menjadi pengobengnya. Kami melihat secara langsung keseluruhan proses produksi batik, batik tulis, batik cap, batik sablon, serta pengelolaan butiknya. Obyek kedua adalah Batik Rajasamas Maos Cilacap. Keunggulan dari perusahaan batik ini adalah pada pewarnaan dengan bahan pewarna alam, serta jaringan pasarnya yang sudah ke tingkat nasional bahkan internasional karena sering mengikuti pameran ke beberapa negara.
Batik Pringmas selain memproduksi batik juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin melihat proses produksi batik yang dilakukan di galeri RW 1 Desa Papringan. Bagi yang ingin belajar membatik dan proses produksi lain juga terbuka. Pada 17 Desember 2013 sejumlah siswa kelas 1 dan 2 dari SD-IT Bina Insan Mandiri Banyumas mengikuti kelas membatik dibimbing ibu-ibu pembatik dari Batik Pringmas. Ini sebagai salah satu bentuk upaya mengenalkan batik kepada generasi penerus.
Awal 2014 Bank Indonesia memfasilitasi pembangunan gedung sentra Batik Papringan sebagai sarana untuk menampung dan menjual hasil produk batik para pengrajin batik di Papringan. Gedung ini terletak di samping pendopo RW 1 Desa Papringan. Di pinggir jalan desa dan di tepi Sungai Serayu. Suatu letak yang strategis meskipun masih dinilai jauh dari kota.
Melanjutkan tahapan pendampingan, Bank Indonesia mengundang para stakeholder dari Pemda yang dalam hal ini dihadiri oleh beberapa SKPD (Disperindagkop, Dinas Pariwisata, BAPPEDA, Dinas Cipta Karya), kalangan akademisi, SKB, BLH, dan beberapa pengusaha batik di wilayah Banyumas untuk duduk bersama membahas sinergi antar elemen untuk semakin memajukembangkan batik di Banyumas. Pihak Pemda kembali mewacanakan tentang wisata air Sungai Serayu yang memungkinkan mendukung adanya wisata batik di Papringan nantinya. Dalam acara tersebut juga hadir dosen dari Universitas Batik Pekalongan, ahir Widadi yang berbagi pengetahuan tentang sejarah batik di Indonesia serta perjalanan batik sehingga diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada Oktober 2008. Kegiatan ini semakin memberikan semangat kepada kami untuk terus berkarya melihat dukungan yang begitu besar dari tidak hanya Pemdes Papringan tetapi juga Pemkab Banyumas dan para stake holder lainnya.
Awal Maret 2014 tepatnya 5-9 maret 2014 kami diberi kesempatan untuk mengikuti Bank Jateng EXPO di taman kota Andang Pangrenan Purwokerto. Kegiatan pameran selama 5 hari itu cukup untuk semakin mengenalkan produk kami kepada masyarakat. Selain itu kami juga ikutserta dalam rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Banyumas, menempati salahsatu stan di pendopo kabupaten pada 24 april 2014. Liputan dari berbagai media yang meliput kegiatan tersebut semakin memperluas informasi tentang kami.
Pada 24 Mei 2014 gedung sentra batik Papringan diresmikan oleh Deputy Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara. Acara peresmian ini disaksikan oleh Bupati Banyumas, Acmad Husein dan para kepala kantor perwakilan Bank Indonesia se-Jateng dan DIY. Dalam kesempatan tersebut juga diumumkan para pemenang lomba Desain Batik Banyumasan yang seluruhnya disabet oleh anggota kelompok Pringmas dan warga Papringan untuk kategori batik tulis. Ini semakin menjadikan semangat bagi kami dalam melanjutkan mewujudkan sentra industri batik di desa Papringan.
Pelatihan demi pelatihan masih dilaksanakan untuk warga Desa Papringan masih dalam rangka pendampingan yang dilakukan Bank Indonesia perwakilan Purwokerto. Pekan ketiga Juni dilaksanakan pelatihan bagi para penjahit di SKB Kalibagor. Pelatihan ini diharapkan menambah keterampilan menjahit dan wawasan perkembangan dan variasi produk fesyen, dan mendukung produk turunan batik berupa pakaian batik maupun pernak pernik yang memanfaatkan batik. Pekan keempat juni 2014 dilaksanakan pelatihan batik cap.
Gedung sentra Batik Papringan menampung berbagai macam produk hasil karya masyarakat Desa Papringan, mulai ari batik tulis, batik kombinasi, kain jumputan, batik cap, baju batik dan kerajinan lainnya. Gedung yang dijadikan sebagai showroom ini buka setiap hari dari Senin sampai Minggu mulai pukul 09.00-16.00 WIB, serta kegiatan produksi di galeri dilaksanakan 2 kali seminggu setiap hari Rabu dan Sabtu sehari penuh.
Dengan sudah cukup lengkapnya sarana dan prasarana maupun masih kurangnya fasilitas, kami terus berjuang mewujudkan mimpi kami menjadikan desa Papringan sebagai kawasan sentra industri batik Banyumasan, dalam rangka melestarikan Batik Banyumasan dan tentu saja memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Papringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar